K-Popers Indonesia Kritik Pedas Grup Genderless XLOV, K-Netz Malah Mengapresiasi

FILMUSIKU.com — Babak baru dalam sejarah K-pop sedang dibuka, dan ini berbeda dari apa pun yang pernah dilihat penggemar sebelumnya. Grup pendatang baru XLOV menyatakan grup mereka adalah grup genderless pertama di dunia.
Itu merupakan sebuah konsep inovatif yang menarik perhatian baik di Korea maupun global. XLOV telah debut dengan lagu yang ambisius dan eksperimental, berani menantang norma-norma industri tradisional seputar gender, kecantikan, dan identitas.
Anggota grup XLOV terdiri dari tiga kontestan dari Boys Planet, yaitu Wumuti, Haru, Rui, dan Hyun. Melansir Koreaboo, alih-alih mengikuti biner gender yang sering ditekankan dalam estetika K-pop, konsep XLOV merangkul androgini, mode yang cair, dan nonkonformitas.
Meskipun beberapa orang dalam industri mempertanyakan apakah publik Korea akan menerima visi yang begitu berani, reaksi awal menunjukkan bahwa banyak K-Netz justru terkesan.
“Kalau nonton K-Pop, selalu ada member berambut gondrong atau pakai riasan berlebihan di boyband, tapi aku terpesona bagaimana sebuah grup dengan member seperti itu bisa debut tanpa banyak penolakan. Yah, aku sih setuju kalau para membernya sendiri juga tidak masalah. Lagunya bagus banget,”
“Lagunya bagus dan semua orang jago nyanyi live,”
“Mereka punya konsep yang sangat jelas. Ini bukan jalan yang mudah bagi mereka. Keren banget mereka mau menerima tantangan ini,”
Berbeda dengan K-Netz, K-Popers Indonesia justru menggaungkan penolakan dan mengkritik pedas XLOV. Banyak yang berpendapat bahwa konsep genderless hanya akan didukung oleh kaum LGBT, dan pasti tidak akan mendapat dukungan dari orang Asia.
“Jujur, ini sepertinya K-Pop mulai melegalkan LGBT,”
“Genderless tapi style dan outfitnya condong ke salah satu gender aja udah keliatan saru,”
“Genderless itu nggak gitu konsepnya, menurut gue mereka gemulai walau cuma dari foto, gue nggak pernah liat tingkah laku mereka langsung. Tapi kalau dari foto aja gemulai gini sebenernya keliatan sih aslinya gimana tingkah laku kesehariannya,”
“Nggak usah normalisasi gay,”
“Mereka pake kata genderless biar nggak auto kena cancel doang elah. Genderless itu nggak gini!!!”