Dikritik Mana Jazznya, Founder Prambanan Jazz: Yassalam Masih Nanya?

FILMUSIKU.com — Musisi Indra Lesmana mengkritik festival jazz tanpa menyebut secara spesifik helatannya. Ia menyebut festival jazz akan kehilangan jiwanya, jika tidak ada musisi jazz yang diundang dalam sebuah festival jazz. Terbaru, ia juga mengatakan bahwa tipe festival jazz seperti itu akan menyesatkan penonton.
Meski tak menyebutkan nama acaranya, namun festival jazz yang baru saja berlangsung adalah Prambanan Jazz Festival, yang digelar 4, 5, 6 Juli 2025 lalu. Dan memang musisi yang diundang pun lintas genre, meskipun tetap ada musisi jazz yang diundang seperti salah satunya Kenny G.
Founder Prambanan Jazz, Anas Alimi, ikut angkat bicara terkait hal itu. “Maafkan kami yang selalu bersalah setiap Juli. Tapi izinkan kami terus bertahan, agar tahun depan kita bisa bersalah bersama-sama,” ujar dia dalam unggahan yang diunggah di akun Instagram miliknya.
Ia pun juga membagikan khazanah musiknya, dengan mengatakan North Sea Jazz, Herbie Hancock berbagi panggung dengan John Legend. Di Montreux Jazz Festival, Prince dan Radiohead berbagi roh dengan Ella Fitzgerald. Di Umbria Jazz Festival, Sting satu frame dengan Wayne Shorter. Di Copenhagen Jazz Festival, 1.400 konser digelar dalam 10 hari dan tidak semuanya jazz.
“Itu bukan kekeliruan. Itu keberanian merayakan kompleksitas. Bahkan Miles Davis bersabda, ‘Jazz is the big umbrella’. la mengajak Chick Corea, John McLaughlin, sampai Marcus Miller untuk menjelajah ke luar pakem. Billie Holiday meminjam puisi. Kamasi Washington merangkul hip-hop. Esperanza Spalding mencampur jazz dengan avant-pop dan teater,” tulis Anas lagi.
“Riset akademik dari Bennett (2012) hingga Turino (2018) menyebut festival musik sebagai ritual budaya dan ekonomi, bukan hanya altar estetika. Festival modern menampung kerja-kerja kolektif, dari pengelola parkir, vendor tenda, juru kamera, desainer lampu, hingga UMKM sosis bakar. Mereka semua bagian dari sustainability map yang menentukan umur panjang festival,”
“Maka jika kami mengundang musisi pop ke panggung jazz, itu bukan pengkhianatan. Itu siasat agar festival ini hidup dan semua yang hidup di baliknya tetap makan. Kami tidak sedang membela. Hanya mencatat, bahwa menjaga keutuhan ekosistem kadang butuh kompromi. Dan kompromi bukan dosa, selama dilakukan dengan cinta dan kesadaran etis,”
“Kami tetap menghormat pada jazz. Tapi kami juga menghormat pada listrik yang menyala, pada nasi kotak crew, pada soundman yang belum tidur 32 jam, dan pada kalian yang datang dari luar kota dengan harapan menemukan sedikit kebahagiaan,” kata Anas mengakhiri.